Taktik Pemkot Samarinda Kendalikan Inflasi Melalui Beras Murah
Konsumsi Per Kapita Lebih Tinggi, Lima Kilogram Tak Sampai Sebulan

Prolog.co.id, Samarinda – Pengendalian inflasi menjelang Ramadhan 2023 menjadi fokus Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. Program operasi pasar beras murah menjadi taktik yang diambil. Namun, beras medium murah lima kilogram itu rupanya tak mampu bertahan selama sebulan.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi beras per kapita di Kota Tepian selama sepekan pada 2022 mencapai 1,2 kilogram atau, 4,9 kilogram sebulan. Itu pun dengan asumsi satu keluarga berisi empat orang. Jika jumlah keluarga lebih dari empat orang tentunya beras medium saluran bantuan Pemkot Samarinda ini tidak mampu bertahan selama sebulan penuh.
Tingginya konsumsi pangan di tengah harga beras yang belakangan in mengalami kenaikan turut dirasakan Parmi. Warga Jalan Arif Rahman Hakim, Kelurahan Sungai Pinang Luar, Samarinda Kota. Ibu rumah tangga berumur 64 tahun ini menjadi salah satu diantara 24 ribu warga yang diberikan kupon beras medium murah. Namun, beras seberat lima kilogram Program Pemkot Samarinda dan Perum Bulog Samarinda ini rupanya hanya bertahan paling lama sepakan saja.
“Kalau saya palingan cuma empat sampai lima hari saja sudah habis, karena keluarga saya banyak. Anak saya ada empat dan cucu ada tiga. Jadi cepat habis,” kata Parmi sambil menjinjing beras medium lima kilogram yang baru dibelinya di Kecamatan Samarinda Kota, Kamis (16/2/2023) lalu.
Meski beras medium yang didapatkan tak bertahan sampai sepekan, Parmi tetap bersyukur mendapatkan kesempatan membeli beras murah. Sebab, tak semua warga Kelurahan Sungai Pinang Luar mendapatkannya. Hanya 600 warga dari sekitar 3 ribu penduduk yang ada. Adapun jika secara komulatif, dari 827.994 penduduk Samarinda, hanya 24 ribu warga saja yang mendapatkan beras medium murah.
“Senang sekali tentunya. Apalagi bisa membantu rakyat kecil seperti ini. Harganya lebih murah. Biasanya harganya Rp 50 ribu lebih, tapi ini cuma Rp 43 ribu saja,” sebutnya.
Parmi berharap, program beras murah kembali diselenggarakan ditangah harga beras yang kian melambung. Kini harga beras serupa dipasaran menurut laman Dinas Perdagangan (Disdag) Samarinda sudah menyentuh Rp 9.950 per kilogramnya. Sedangkan, beras medium yang ditwarkan Pemkot Samarinda jauh lebih murah. Bahkan di bawah harga ecer tertinggi (HET). Hanya Rp 43 ribu untuk sekarung beras medium lima kilogram atau Rp 8,6 ribu per kilogramnya. Memiliki selisih harga Rp 1.350 per kilogramnya atau Rp 6.750 hingga Rp 13,375 per kemasan 5 kilogramnya.
“Yah, semoga bisa lebih sering lah diadakan (operasi pasar beras murah) lagi. Apalagi dekat-dekat lebaran nanti. Semoga saja ada lagi,” harap Parmi.
Menanggapi hal itu, Kepala Disdag Samarinda, Marnabas Pataroy menjelaskan ketersedian beras di pasaran Kota Tepian sebenarnya masih mencukupi. Bahkan diperkirakan stok beras Ibu Kota Kaltim mampu bertahan hingga perayaan idul fitri 2023. Untuk itu, dirinya berharap agar masyarakat tidak panik menanggapi kekurangan stok beras.
Terkait harga beras yang kini mulai menanjak, Marnabas berpendapat, kenaikan terjadi akibat adanya isu kenaikan beras secara nasional. Isu tersebut membuat adanya fenomena panic buying di tengah masyarakat. Alhasil, mempengaruhi harga beras di pasaran Kota Tepian.
“Sebenarnya beras dipasaran itu masih banyak, cuman memang ada isu (kenaikan harga beras) dari nasional makanya kita terdampak. Harga ikut naik, jadi (operasi pasar murah) ini langkah kami untuk menyasar sampai lapisan bawah dan netralisir lonjakan harga,” terangnya
Marnabas juga berkomitmen untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok dan penting (Bapokting). Pantauan harga dan stok terus dilakukan setiap harinya. Hal itu sebagai gambaran untuk mengambil langkah mengintervensi harga pasar jika terjadi kenaikan harga.
“Kami selalu pantau soal harga. Setiap jam 10 pagi pasti sudah ada laporannya,” imbuhnya
Marnabas juga mengatakan, jika tidak menutup kemungkinan operasi pasar murah kembali digelar. Namun, sebelum menggelar operasi pasar murah, pihaknya akan mengamati perkembangan pasar yang ada. Sebab jika intervensi ekonomi terus dilakukan maka dapat menjurus ke arah deflasi.
“Kita lihat situasi (pasar) dahulu, kalau terus-terusan bisa terjadi deflasi. Pemerintah itu kan menjaga kestabilan. Jika campur tangan pemerintah terlalu besar malah bisa membuat perekonomian terhambat. Dan, yang terpenting masyarakat jangan panic buying, biar ketersedian stok tetap terjaga dan tidak ada lonjakan harga,” tukasnya.
(Redaksi Prolog)
Ikuti berita prolog.co.id lainnya di Google News