EkobisKalimantan TimurNasional

Menilik Potensi Perikanan Benua Etam

Sektor perikanan Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki potensi ekonomi yang besar. Sayangnya sektor ini belum dilirik penuh. Padahal, dengan luas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk laut Kaltim yang mencapai 7,27 juta hektar seharusnya hasil produksi perikanan bisa jauh lebih tinggi dari yang ada selama ini.

Laporan Khusus Prolog.co.id


Prolog.co.id, Samarinda – Hasil sektor perikanan Kaltim belakangan ini mulai menunjukkan manfaatnya bagi perekonomian Benua Etam. Produksi perikanan ini juga telah mampu menembus pasar ekspor. Meskipun banyak yang menilai potensinya belum digali secara maksimal.

Sektor perikanan ini pun masuk dalam empat besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim. Sayangnya, penghitungannya masih digabung dengan sektor pertanian dan kehutanan. Sehingga nilai riil-nya, tidak dapat dilihat secara jelas.

Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, ktiga sektor yang digabungkan itu memberikan sumbangsih sebesar Rp58,92 triliun. Atau, 8,48 persen dari total keseluruhan PDRB Kaltim 2021. Masih terpaut jauh di bawah Usaha pertambangan dan penggalian yang meraup Rp313,164 triliun atau 45,05 persen. Juga masih berada di bawah industri pengolahan Rp123,807 triliun atau 17,81 persen, dan konstruksi Rp62,216 triliun atau 8,95 persen.

Potensi perikanan ini sebenarnya telah dilirik oleh Gubernur Kaltim Isran Noor. Luas perairan umum mencapai 2,2 juta hektare, perikanan dianggap dapat menjadi sektor industri unggulan. Namun, menurutnya nelayan lokal belum mampu bersaing dengan nelayan dari daerah lain.

“Ada dari Semarang, Jepara ke sini. Pokoknya nelayan Jawa lah. Sudahnya dari Solo. Tahu lah Solo, apa tu? Iya, Solowesi (Sulawesi),” kata Isran Noor sembari bercanda saat peresmian Gedung Tempat Pelelangan Ikan dan Dermaga/Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan Manggar Baru Balikpapan, 17 Desember 2022 silam.

Bagi orang nomor wahid di Benua Etam ini, ketika ada nelayan dari luar berusaha di Kaltim itu merupakan hal wajar. Sebab, potensi perikanan Kaltim sangat besar dan memancing nelayan tangkap daerah lainnya untuk menggali rezeki di perairan Benua Etam.

“Tidak apa-apa, itu hak mereka juga sebagai warga negara kita,” terangnya.

Dirinya berharap hal tersebut dapat menjadi notivasi nelayan lokal, bukannya patah semangat dan menyerah. Jika nelayan daerah lain jauh keluar dari wilayahnya dan mampu berusaha datang ke Kaltim, maka sewajibnya nelayan lokal harus lebih giat dan ulet dari mereka para nelayan dari luar.

“Sehingga produk kelautan kita semakin meningkat seiring tuntutan kebutuhan lokal, nasional maupun global,” harap Gubernur.

Potensi perikanan Benua Etam ini juga mendapatkan perhatian dari akademisi Universitas Mulawarman (Unmul). Menurut Ketua Pusat Studi Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat Unmul, Achmad Zaini, potensi perikanan Kaltim sangat besar yang terbukti telah menembus pasar ekspor. Meskipun, menurutnya nilainya pendapatan itu masih kecil, jika dilihat dari luas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk laut Kaltim yang mencapai 7,27 juta hektar.

“Kan persoalan utamanya itu diproduksi dan tidak berkelanjutan. Kalau bicara ekspor itu kan bukan hanya kualitas, tapi yang pertama soal kontiniunitas,” ucapnya.

Menurut cendikiawan Kampus Hijau (sebutan Unmul) ini, akar permasalahan pengembangan ekonomi Kaltim dari sektor perikanan ini bukan berasal dari sisi hilir atau pemasarannya. Melainkan berasal dari sisi hulunya yang berkaitan dengan jumlah produksi perikanan.

Jika ingin meningkatkan hasil produksi perikanan dan eksis dalam pasar ekspor, maka Kaltim tak bisa sepenuhnya bergantung pada perikanan hasil tangkap saja. Melainkan, harus mengembangkan potensi budidaya perikanan. Sebab, dengan budidaya, hasil perikanan bisa terus ditingkatkan dengan cara pengelolaan yang lebih baik. Berbanding terbalik dengan hasil tangkap yang sangat bergantung pada musim dan cuaca.

“Perikanan kita (Kaltim) punya potensi besar untuk dikembangkan, dari posisi sumber daya alamnya juga memenuhi syarat. RTRW kita untuk perikanan itu sebenarnya juga sudah luar biasa, ada hampir sekitar 1.800 kilometer diperuntukan untuk perikanan. Sayangnya, kita itu sering tidak konsentrasi pada perikanan termasuk pada sisi budidaya,” sebutnya.

Intervensi pemerintah di sektor perikanan juga perlu dilakukan. Terutama dalam pengembangan budidaya perikanan. Diantaranya dapat melalui pemberian insentif hingga pelatihan bididaya berkelanjutan ke para pembudidaya ikan. Alhasil, bukan hanya meningkatkan produksi melaikan dapat melahirkan pelaku budidaya perikanan lainnya.

“Untuk sementara memang masalah kita di hulunya, permintaan pasar juga kan saat ini bukan olahannya tapi raw material-nya, pure ikannya. Memang kita perlu menumbuhkan kembali para pembudidaya ikan itu. Selain itu, memang perlu ada pelatihan-pelatihan karena standardisasi masing-masing buyer itu berbeda. Termasuk perlu juga dipertimbangkan soal insentif,” tukasnya.

Sektor Perikanan Kaltim
Grafis pasang surut produksi perikanan Kaltim (prolog.co.id)

Selarik Masalah Peningkatan Hasil Budidaya Perikanan Kaltim

Pengembangan budidaya perikanan sebenarnya telah dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kaltim. Sesuai major project dinas kelautan dan perikanan provinsi kalimantan timur tahun 2024-2026 yang memperhatikan azas pembangunan berkelanjutan. Sedikitnya ada lima komditi hasil budidaya perikanan yang saat ini menjadi unggulan Benua Etam. Diantaranya, udang windu, kepiting, ikan kerapu, ikan bandeng dan rumput laut.

“Yang sudah di ekspor itu ya dari lima komoditi itu. Memang untuk pengembangannya lebih ke arah budidaya tambak tradisional ramah lingkungan. Untuk Sebaran budidaya yang dikembangkan itu sebenarnya di 10 kabupaten/kota. Terutama yang memiliki wilayah pesisir, di luar Kabupaten Mahulu, Kubar dan Samarinda,” kata Kabid Perikanan Budidaya dan PDSP, Irma Listiyawati.

Berbagai langkah stimulus peningkatan produksi dari hasil budidaya juga ditempuh DKP Kaltim. Diantaranya, pemberian bantuan bibit, pakan hingga berupa bimbingan teknis (bimtek) ke para kelompok budidaya. Langkah peningkatan produksi ini sebenarnya sempat menunjukkan hasil positif. Hanya saja belum mampu bertahan secara konsisten dari tahun ke tahun.

Adapun penurunan produksi terjadi pada 2022 lalu. Tepatnya pada komoditi rumput laut. Dari target produksi yang dipatok 164.117 ton, capaiannya hanya 162.124 ton. Atau, turun sekitar dua persen dari target yang ditetapkan.

“Jadi beberapa tahun ini ada peningkatan produksi, hanya pada 2022 lalu kami mengalami penurunan. Hal itu disebabkan produksi rumput laut yang tidak mencapai target. Kendalanya karena bibit unggul yang digunakan memang sudah bebeapa kali pakai, sehingga tidak bisa produksi maksimal ditambah pengaruh cuaca dan penyakit. Tapi secara umum komoditi lain tetap mendukung,” terangnya.

Pakan ikan atau pelet yang memiliki 60 persen dari biaya produksi juga menjadi masalah yang kini dihadapi dari budidaya. Sebab, sejak dua tahun terakhir harga pelet terus mengalami kenaikan harga. Sementara harga ikan fluktuasif atau berubah-ubah.

“Banyak juga pembudidaya yang stop karena harga pakan yang mengalami kenaikan,” sebutnya.

Untuk menyiasati mahalnya pakan ikan, DKP Kaltim dan pemerintah pusat sebenarnya telah memberikan bantuan berupa alat pembuat pelet ikan. Setidaknya sepanjang 2022 lalu, ada empat mesin pembuat pakan ikan yang telah disalurkan ke kelompok budidaya di Kukar, PPU dan Balikpapan. Namun, lagi-lagi untuk bahan bakunya berupa tepung ikannya rupanya juga megalami kenaikan harga.

“Jadi ini lagi PR kami juga ke depannya bagaimana menyiasatinya agar masih bisa meningkatkan produksi,” keluhnya.

Buka hanya pakan, permasalahan lainnya juga datang dari ketersedian bibit. Dua UPTD Sentra Pembenihan Air Payau dan Air Laut (SPAPAL) di Sebulu dan Manggar rupanya juga belum mampu memenuhi permintaan pembudidaya. Alhasil, untuk jumlah produksi ikut belum bisa optimal.

“Kami ada berikan bantuan bibit, seperti benur (bibit udang windu) ada bantu. Tapi UPTD belum mampu memenuhi kebutuhan pembudidaya karena memang kapasitasnya balai kita masih terbatas. Jadi sisanya datang dari luar daerah,” tukasnya. (DYS/JRO)

Ikuti berita prolog.co.id lainnya di Google News

Berita terkait

Back to top button