EkobisKalimantan TimurNasional

Degradasi Minat Budidaya Perikanan Kaltim

Jumlah pelaku budidaya perikanan di Benua Etam kian menurun. Degradasi budidaya ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada jumlah produksi di tengah permintaan pasar yang tinggi.

Laporan Khusus Prolog.co.id


Baca juga berita laporan khusus terkait sebelumnya : Menilik Potensi Perikanan Benua Etam

Prolog.co.id, Samarinda – Minat budidaya perikanan Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami degradasi. Bahkan jumlah pembudidaya kian menurun dari tahun ke tahun.

Kabid Perikanan Budidaya dan PDSP, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kaltim, Irma Listiyawati mengatakan, saat ini minat budidaya perikanan kian menurun setiap tahunnya (lihat grafis). Dari catatanya, pelaku budidaya hanya digeluti seseorang pada usia 30 tahun ke atas, sedangkan untuk kaum milenial hanya segelintir yang masih berminat pada budidaya perikanan. Itu pun, sekadar meneruskan usaha keluarganya yang telah ditekuni secara turun menurun.

“Untuk pembudidaya kita (Kaltim), memang jarang anak muda yang mau jadi nelayan atau pun pembudidaya, apalagi yang punya pendidikan tinggi. Jadi tahun ke tahun untuk peningkatan tenaga kerjanya yah nggak meningkat. Usianya 30 ke atas yang masih berminat, yang muda tidak ada, kecuali anak dari pembudidaya yang melanjutkan usaha keluarganya,” sebutnya.

Penurunan minat budidaya ini memang belum berdampak pada jumlah produksi yang ada. Hal itu dikarenakan hasil dari beberapa Langkah strategis yang dilakukan DKP. Mulai dari bantuan bibit unggul hingga bantuan pakan perikanan. Namun dikhawatirkan ke depan dengan seiringnya jumlah pembudidaya yang kian sedikit, jumlah produksi juga ikut merosot. Alhasil akan berdampak pada peluang pasar ekspor yang saat ini menjadi fokus DKP Kaltim.

“Untuk permintaan pasar sebenarnya tinggi. Tapi untuk minat budidaya ada penurunan, padahal saat ini untuk informasi budidaya kan mudah, karena tinggal di searching di internet saja sudah ada berbagai informasi bagaimana cara budidaya yang baik,” imbuhnya.

Irma menyadari penuruanan jumlah pembudidaya ini bukan hanya dikarenakan turunnya minat kaum milenial saja, melainkan disebabkan beberapa faktor. Diantaranya, terus melonjaknya pakan ikan, terbatasnya bibit budidaya hingga infrastruktur pendukung lainnya.

“Banyak juga pembudidaya yang stop karena harga pakan yang mengalami kenaikan. Kami ada memberikan bantuan, baik dari provinsi maupun pusat untuk alat pembuat pakan. Hanya saja lagi-lagi untuk bahan baku termasuk tepung ikannya yang masih mahal di pasaran. Jadi ini lagi PR kami juga ke depannya bagaimana menyiasatinya agar masih bisa meningkatkan produksi,” sebutnya.

Antisipasi untuk menahan merosotnya jumlah pembudidaya sebenarnya terus dilakukan DKP Kaltim Bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui pembinaan dan berbagai langkah stimulus. Para pembudidaya juga didorong untuk melakukan mekanisasi budidaya perikanan. Hal ini ditujukan agar jumlah produksi tak ikut merosot tajam seiiring menurunnya pembudidaya perikanan.

“Pendamping juga dilakukan dari kami provinsi dengan menggandeng dari pemkab/kota. Selain itu, kami juga menggandeng KKP untuk pembinaan dan pemantauan terkait mekanisasinya, muali dari soal IPAL, jalur pintu airnya hingga pakan dan obat-obatan yang digunakan,” jelasnya.

Pendampingan yang dilakukan itu juga bertujuan agar pembudidaya mampu mengantongi sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sesusai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.02/MEN/2007. Sebab, pemenuhan sertifikasi tersebut berkaitan dengan standarisasi mutu pasar ekspor. Sejauh ini 95 pembudidaya perikanan Kaltim telah mengantongi sertifikasi CBIB.

“Tahun ini 210 pembudidaya ditargetkan dapat CBIB itu. Sementara sudah ada 95 yang terakomodir. Semoga saja nanti bisa lebih. Ke depan kami tidak hanya fokus untuk bahan mentahnya saja tapi juga mendukung hilirisasinya. Jadi memang dari hulu ke hilirnya harus terintegrasi,” tukasnya.

(Redaksi Prolog)

Ikuti berita prolog.co.id lainnya di Google News

Berita terkait

Back to top button