EkobisKalimantan Timur

Dipatok Target Tinggi, Pariwisata Kaltim Tak Masuk Destinasi Super Prioritas Kemenparekraf

Prolog.co.id, Samarinda – Sektor pariwisata Kalimantan Timur (Kaltim) kini dipacu untuk lebih produktif. Selain dipersiapkan untuk menjadi sektor unggulan di tengah rencana peralihan ekonomi Kaltim, pariwisata Benua Etam juga dipatok target yang tinggi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Untuk diketahui, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan sektor pariwisata Kaltim dapat menarik minat wisatawan hingga 9,6 juta pergerakan. Capaian yang dipatok itu jauh lebih tinggi dari target Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim Kaltim, sebesar 6-8 juta pergerakan wisatawan.

Namun dari target yang ditetapkan, destinasi wisata unggulan Kaltim seperti Kepulauan Derawan, rupanya tak masuk dalam program Destinasi Super Prioritas (DSP) Kemenparekraf. Kelima destinasi yang masuk dalam DSP ialah Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB), Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Likupang di Sulawesi Utara.

“Prioritas kami baru lima, karena pasca pandemi anggaran itu terkuras habis. Kami berhasil mendapatkan 300 triliun untuk devisa tapi ke kami hanya 3 triliun untuk anggaran kami. Bayangkan kami hanya dapat satu persen dari uang yang kami hasilkan. Jadi kami harus memilih yang prioritas,” kata Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf, Dwi Marhen Yono.

Meskipun Kaltim tak masuk dalam DSP, lanjut Dwi, bukan berarti Kemenparekraf tak akan menaruh perhatian terhadap sektor pariwisata yang ada di Benua Etam. Berbagai program kini dipersiapkan untuk mendukung iklim pariwisata dalam negeri. Setidaknya dapat meningkatkan daya minat masyarakat untuk berpariwisata di dalam negeri saja.

“Yang lain tetap kami perhatikan. Untuk program khusus memang tidak ada (untuk Kaltim), tapi untuk program nasional itu ada. Salah satunya program bangga berwisata di indonesia, jadi ini untuk mendorong masyarakat indonesia untuk berwisata di dalam negeri, tidak membuang uang di luar negeri, salah satu di Kaltim yang ada Titik Nol IKN, selain di berau yang memang sudah mendunia,” terangnya.

Dwi berharap meskipun daerah yang memiliki potensi pariwisata besar, sperti Kaltim tak masuk dalam DSP, peran Pemerintah Daerah tetap menaruh parhatian lebih untuk pengembangan destinasi wisata yang ada. Sehingga, ke depan jika potensi wisata di luar DSP bisa semakin terlihat.

“Tapi kami di nasional tidak bisa berbuat banyak jika di daerah tidak semangat juga. Kami tetap mendorong, tidak ada namanya anak tiri, smua anak kandung,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Dispar Kaltim Ahmad Herwansyah meskipun tidak ada destinasi wisata unggulan Kaltim yang masuk dalam DSP, setidaknya pemerintah pusat bisa memberikan perhatian lebih. Sebab, potensi wisata di Benua Etam sangat besar, ditambah Selain, IKN Nusantara yang kini berada di Kaltim dapat menjadi daya tarik dan meningkatkan jumlah penduduk. Sayangnya potensi besar itu masih terkunci dengan infrastruktur yang ada.

“Jika memang dipatok target tinggi, harus melihat juga kondisi infrastruktur di bawahnya. Kami dikasih target yang tinggi siap saja, tapi kalau bisa Bappenas juga berikan bantuan DAK (Dana Alokasi Khusus), karena infrastruktur itu penting,” harap Herwan, sapaan akrab Ahmad Herwansyah.

Herwan juga menambahkan memang, saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim mulai menaruh perhatian berlebih untuk sektor pariwisata yang ada. Sebab, Kaltim sendiri berencana ingin merubah haluan perekonomian. Dari industri ekstraktif beralih ke industri yang ramah lingkungan, diantaranya sektor pariwisata.

“Untuk peralihan ekonomi dari SDA yang tidak dapat diperbaharui itu beralih ke arah pariwisata dan sektor pertanian dalam arti luas. Tapi memang dalam pengembangan pariwisata itu, di Kaltim itu kan sangat luas, jadi infrastruktur itu yang jadi kendala. Flight (akses penerbangan) juga harus ditambah, karena memang akses menuju destinasi itu yang jadi penghalang, dan memang mahal biayanya,” tukasnya.

(Redaksi Prolog)

Ikuti berita prolog.co.id lainnya di Google News

Berita terkait

Back to top button