Peran Penting Sosok Perempuan dalam Perhutanan Sosial
KBCF Gelar Temu Regional Perempuan dan Generasi Muda Perhutanan Sosial

Prolog.co.id, Samarinda – Peningkatan peran perempuan dan generasi muda dalam Perhutanan Sosial menjadi perhatian dalam berbagai program yang diinisiasi Kawal Borneo Community Foundation (KBCF). Tujuannya, untuk memperkuat keterlibatan perempuan dalam pengelolaan kawasan hutan.
Upaya peningkatan peran kaum hawa dalam kawasan hutan ini bukan tanpa alasan, mengacu data KLHK tahun 2021, hanya sekitar 13,2% perempuan yang sudah terlibat dalam perhutanan sosial. Padahal dalam Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 9 Tahun 2021, menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peluang dan kesempatan untuk mengelola kawasan hutan negara melalui program perhutanan sosial. Namun faktanya, pemenuhan peran perempuan seperti beleid tersebut masih jauh dari harapan.
”Peran perempuan dan pemuda dalam mengelola hutan masih terbilang minim. Tapi kami memiliki komitmen untuk meningkatkan akses kelompok marginal, termasuk perempuan dan pemuda. Ada dua program yang kami usung, yaitu Eco-Stable dan PSPGM,” kata Mukti Ali, Direktur Eksekutif KBCF saat ditemui di Sekretariat KBCF di Samarinda, Sabtu (9/9/2023).
Upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan hutan sejatinya telah dilakukan oleh KBCF sejak 2021 lalu melalui dua program kerjanya. Untuk program Eco-Stable atau Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM), lembaga masyarakat ini berupaya mendampingi pengusulan hutan desa diberbagai tempat di Kalimantan Timur (Kaltim). Pun demikian dengan program Perhutanan Sosial bagi Perempuan dan Generasi Muda (PSPGM).
”Saat ini sudah ada beberapa kelompok yang berjalan dalam pengelolaan usaha seperti memiliki produk turunan berbasis hasil hutan,” terang Mukti.
Turut ditambahkan Manajer PHBM KBCF, Hendra Putra. Ia mengatakan dalam memperkuat program strategis perhutanan sosial, masyarakat, termasuk perempuan dan pemuda, dilatih menjalankan pengelolaan kelembagaan dan kawasan.
”Mereka dilatih menggunakan alat pemetaan untuk dapat mengidentifikasi potensi kawasan hutan sekaligus mengambil titik koordinat batas area kelola dan perlindungan hutan. Selain keterampilan teknis, perempuan dan kaum muda juga didorong menjadi pihak yang dapat menyuarakan arti penting hutan dari sisi kelola maupun perlindungan,” singkatnya.
Sementara untuk peningkatan peran perempuan, KBCF mendorong terbentuknya Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Kelompok ini turut menghasilkan beberapa produk turunan berbasis hasil hutan bukan kayu (HHBK).
”Sudah ada KUPS yang memiliki produk, contohnya produk berupa teh bawang dayak sebagai produk herbal. Contoh lainnya adalah produk sereal dari umbi ganyong yang dikembangkan kelompok perempuan Intu Lingau di Kutai Barat,” kata Irmah Rusjal, Ketua Program PSPGM, menambahkan.
Melalui Program PSPGM ini, lanjut Irmah, kesetaran peran kaum hawa dalam pengelolaan hutan bisa terwujud. Sebab, tak dimungkiri masih ada perspektif miring akan keterlibatan perempuan dalam pengelolaan hutan.
“Karena banyak yang bilang perempuan itu nggak bisa masuk hutan atau bahkan turun langsung mengelola hutan. Padahal perempuan punya peran penting juga, seperti dalam hal meramu. Kita ingin menghilangkan paradigma ini,” ungkapnya.
Gelar Pertemuan Perempuan dan Generasi Muda
Setelah dua program unggulan KBCF berjalan di Benua Etam, kisah para kelompok masyarakat yang dibimbing akan didengarkan dalam kegiatan “Temu Regional Perempuan dan Generasi Muda Perhutanan Sosial di Kalimantan Timur”. Kegiatan yang akan digelar di Swiss Bell Hotel Samarinda pada tanggal 12 – 13 September 2023 ini, akan dihadiri beberapa narasumber perempuan dari berbagai KPS dan KUPS.
”Nanti berbagai perempuan yang sudah berhasil dengan program PSPGM, atau yang kami sebut sebagai woman champion akan jadi pembicaranya,” kata Irmah.
Para woman champion tersebut nantinya akan berbagi cerita tentang pengalaman dan pembelajaran dalam mengelola hutan. Selain KBCF dan KUPS dari Desa Muara Siran dan Muhuran, Kabupaten Kutai Kartanegara, beberapa KUPS dari Aceh dan Sumatra Barat pun turut hadir. Begitu pula dengan unsur lainnya, seperti pemerintah daerah, akademisi, pelaku usaha dan mitra pembangunan lainnya.
Diharapkan dari kegiatan ini dapat mendukung kerja-kerja tingkat tapak yang telah dilakukan oleh kelompok perempuan dan pemuda tersebut.
”Paling tidak nanti akan terbentuk lah kelompok dari masing-masing KUPS dan ada dukungan dari elemen lainnya, baik pemerintah atau pihak lainnya,” timpal Hendra menutup.
(Redaksi Prolog)
Ikuti berita prolog.co.id lainnya di Google News