Gibran, Pesepak Bola Muda Asal Samarinda Sukses “Membobol” RANS Nusantara U-16
Pijakan Awal Sebelum Menggapai Cita-Cita Membela Skuad Garuda

Latihan keras yang dijalani Muhammad Gibran Istiqlal sejak 7 tahun lalu, akhirnya berbuah manis. Pesepak bola muda asal Kota Samarinda ini mampu “membobol” seleksi Tim Elite Pro Academy (EPA) U-16 Rans Nusantara FC. Menjadi bekal mewujudkan cita-cita menjadi penjaga gawang utama skuad garuda.
Prolog.co.id, Samarinda – Gibran seketika sumringah ketika mengetahui namanya lolos dalam Seleksi Tim EPA U-16 Rans Nusantara FC, klub milik Raffi Ahmad. Setelah sebelumnya mengikuti dua tahapan seleksi yang dilakoninya sejak Januari 2023 lalu.
“Iya begitu tau (lolos seleksi) seneng. Kaget juga, enggak nyangka bisa lolos,” ucap Gibran,”
Perjuangan pesepak bola asal Kampung Jawa, Samarinda Ulu ini bukan lah hal yang mudah. Sebab, sejak seleksi Tim EPA U-16 Rans Nusantara FC diselenggarakan, pemuda 15 tahun ini mesti lebih ekstra mempersiapkan dirinya. Mulai dari persiapan fisik hingga rute perjalanan menuju dua lokasi seleksi yang berada di luar Kaltim.
Pada tahap awal saja, Gibran harus bertolak lebih dulu ke Surabaya untuk mengikuti seleksi zona Jawa Timur pada medio Januari 2023 lalu. Seleksi awal yang dilakoninya terbilang sukses, Gibran dinyatakan lolos untuk berkompetisi pada tahap akhir yang berlangsung di Lampung, Sumatera Selatan pada 21 Agustus 2023 lalu.
“Setelah lolos dari Jatim, saya pulang dulu (ke Samarinda). Baru lanjut seleksi kedua, berangkat lagi (ke Lampung), itu bulan Agustus kemarin (2023),” terangnya.
Sepekan di Lampung, Gibran akhirnya menjajal seleksi. Bersama lebih dari 30 remaja lainya, Gibran dinyatakan lolos. Dan, akan melanjutkan pengukuhan Tim EPA U-16 RANS Nusantara FC di Yogyakarta pada pertengahan September 2023 ini.
Mengenai kunci keberhasilannya merebut tempat di skuad EPA U-16 RANS Nusantara FC, dia menjawab bahwa disiplin latihan adalah jawabannya.
“Kemarin itu persiapannya, ya banyak latihan aja. Sama istirahat teratur,” sebut siswa kelas X SMK Medika Samarinda itu.

Dapat Dukungan dari Orang Tua dan Sekolah
Bakat anak kedua dari pasangan Is Wahyudi dan Bibit Susilowati ini telah dilihat sejak usianya masih belia. Ketika diikut sertakan dalam Sekolah Sepak Bola (SSB) Friend Samarinda yang tak jauh dari kediamannya.
Namun, setelah duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 22 Samarinda, seahlian Gibran sebagai tembok pertahan terakhir ini semakin terasah. Membuat kedua orang tuanya mengirim anak keduanya ini ke Aji Santoso International Football Academy (ASIFA), sekolah sekaligus akademi sepak bola di Kota Malang, Jatim.
“Waktu (Gibran) SMP, kami masukan di sekolah ASIFA (Malang). Di sana itu juga ada sekolah bolanya. Jadi dia bisa fokus. Sekolahnya jalan, sepak bolanya juga jalan,” kata Is Wahyudi, ayah Gibran.
Berbagai kompetisi sempat dilakoni Gibran. Diantaranya Piala Soeratin zona Malang tahun 2021. Kala itu, Gibran dan skuadnya meraih peringkat kedua.
Memasuki usia remaja, Gibran akhirnya kembali ke kota kelahirannya, Samarinda. Melanjutkan pendidikannya di SMK Medika Samarinda sekaligus bergabung di Academy RMK Utama, akademi sepak bola yang juga berlokasi di tanah kelahirannya.
“Bersama RMK Utama, dia (Gibran) Juara 1 Liga Top Skor se-Kaltim,” ucap Iis lagi.
Sukses memboyong juara 1 Liga Top Skor se-Kaltim bersama Akademi RMK Utama, kini karir sepak bola Gibran kembali moncer setelah lolos dua tahap seleksi dari EPA U-16 RANS Nusantara. Hal tersebut tentu membuat Iis dan istri begitu bahagia dan bangga atas rahian prestasi anaknya.
“Bahagia itu pasti. Bahkan semua keluarga, teman-teman semua ikut bahagia. Nggak sia-sia prosesnya. Kami sebagai orang tua mendukung penuh, apalagi memang bercita-cita menjadi pemain sepak bola level nasional hingga di level internasional,” kata Is penuh bangga.
Selain orang tua, dukungan terhadap bakat Gibran juga didapat dari pihak sekolah. Dukungan SMK Medika Samarinda terhadap karir Gibran bukan tanpa alasan.
Sebab di era informatika saat ini, dunia pendidikan yang menganut kurikulum Merdeka Belajar sudah seharusnya memberi dukungan penuh pada potensi pengembangan karakter anak.
“Dalam kurikulum Merdeka Belajar ini akademik anak-anka cuman 30 persen. 70 persen sisanya itu pada penguatan karakternya. Jadi kalau prosesnya di luar, ya penilaiannya juga di luar. Ketika udah ahli bola, logikanya, pembelajaran matematika, kimia dan fisikannya itu ada di kakinya, bukan di kepala,” tegas Kepala Sekolah SMK Medika Samarinda, Mus Muliadi.
Selain memberi dukungan penuh, kepada media ini Mus Muliadi juga mengaku turut senang dan bangga atas keberhasilan Gibran yang sukses menembus seleksi Tim EPA U-16 RANS Nusantara FC.
“Yang pasti pesan saya, jangan ingat sekolahnya. Sepanjang ada berpotensi di bidang bola seperti Gibran, yang harus diingat adalah bagaimana bola mu bisa bagus, bisa berprestasi, dan bisa menghasilkan kemandirian,” tutupnya. (Redaksi Prolog)
Ikuti berita prolog.co.id lainnya di Google News